ekspedisi VI, kembali puncak Bulusaraung

Puncak Bulusaraung, Desa Tompobulu - Kab. Pangkep
21 - 22 Maret 2008
oleh: Ninu'


Tanpa persiapan yang jelas dan tidak mantap sama sekali, crew MODIPALA kembali nekat memenuhi hasratnya tuk mendaki. Kali ini korbannya adalah Gunung Bulusaraung yang terletak di Kab. Pangkep Kec, Ballocci. Memang sih untuk ukuran ketinggian gunung tersebut masih dalam kategori gunung terendah yang ada di Sulsel, tapi bagaimana pun juga standar keselamatan dan keamanan mesti di perhatikan kan?? Tapi tidak demikian dengan crew MODIPALA… seperti biasa… begitu nekat begitu nyata

Jumat… 21 Maret 2008
‘menjelang sore’
Pemberangkatan dimulai dari markas MODIPALA yaitu di Workshop Elektroteknik FT-UH di lantai 4, setelah berdoa bersama yang dipimpin oleh ketua rombongan (bang Taz< mulai meluncur ke Kab. Pangkep...

‘Kecamatan Ballocci menjelang magrib’
Dua jam kemudian, rombongan telah berkumpul di rumah saudara Rusdi (yang juga anggota MODIPALA namun tak sempat ikut xpdc kali ini) yang terletak di kecamatan Ballocci. Setelah shalat magrib+isya, istirahat secukupnya dan makan sebanyaknya (hehehe... tradisi ) dan tak lupa kembali berdoa bersama yang dipimpin oleh ketua yang telah disebut namanya, rombongan pun mulai berangkat menuju kaki Gunung Bulusaraung dengan menggunakan petpet (pete-pete.read) yang telah di sewa kan... malam itu gerimis mengundang dan perjalanan sedikit terganggu dengan adanya becek yang menghambat roda petpet berotasi... (halah....) tapi hal itu tidak berlangsung lama dan beberapa saat kemudian petpet pun kembali meluncur ke permukaan aspal..


TADA’….. kami pun tiba di kantor desa (sa lupa namanya :D) di kaki gunung Bulusaraung. Tak lama kemudian, kami menuju rumah pak desa dan minta izin tuk melakukan pendakian ke Gunung Bulusaraung. Setelah di beri wejangan, nasehat dan ucapan selamat jalan, kami pun pamit dari rumah pak desa.... dan (sekali lagi) setelah doa bersama yang dipimpin oleh ketua yang telah disebut namanya dan menentukan strategi perjalanan, kami pun mulai berangkat dengan langkah yang mantap...tap....

TAPI.. belum juga ada 10 menit perjalanan, kami mulai BINGUNG menentukan arah perjalanan (ndk ada kompas :D) berhubung malam dan mulai larut dan sunyi, maka dengan mulai mengandalkan INSTING, kami pun mulai mencari-cari jalan yang benar dan akhirnya bisa juga... hehehehehe
Sampailah kami di POS 1 (ditandai dengan rumah-rumah kayu sederhana kyk pos kamling gitu...) dan beristirahat sejenak.

bersambung...

klik disini untuk melihat galeri ekspedisi bulusaraung ini

atau foto keseluruhan ekspedisi bisa dilihat di: http://fotomodipala.blogspot.com

ekspedisi V, menatap puncak dari pos 8 Bawakareng

Pos 8 Bawakaraeng, Malino - Kab. Gowa
31 Agustus - 2 September 2007

ekspedisi IV, Lembah Ramma

Lembah Ramma, Malino - Kab. Gowa
30 Desember 2002 - 1 Januari 2003

ekspedisi III, cukup di pos 5 Bawakaraeng

Pos 5 Bawakaraeng, Malino - Kab. Gowa
30 Desember 2002 - 1 Januari 2003

ekspedisi II, gapai puncak Bulusaraung

Puncak Bulusaraung, Desa Tompobulu - Kab. Pangkep
November 2004

Berawal dari sekumpulan 4 orang mahasiswa Elektro yang tidak jelas: saya (taz), Safwan (zapo), Wiryawan B. K. (beckha), dan Muh. Saiful (ipoeL) serta kawan yang bernama kifli. Ide pembentukannya sangat simpel, kami sangat gemar dengan travelling tapi ogah terikat dengan suatu struktur. Ekspedisi MODIPALA yg pertama kami lakukan di Lembah Ramma (Lembah Gn. Bawakaraeng) Malino Kab. Gowa Sulsel.

Ekspedisi perdana sang modipala

Lembah Ramma, Malino - Kab. Gowa

30 Desember 2002 - 1 Januari 2003

Berawal dari sekumpulan 4 orang mahasiswa Elektro yang tidak jelas: saya (taz), Safwan (zapo), Wiryawan B. K. (beckha), dan Muh. Saiful (ipoeL) serta kawan yang bernama kifli. Ide pembentukannya sangat simpel, kami sangat gemar dengan travelling tapi ogah terikat dengan suatu struktur. Ekspedisi MODIPALA yg pertama kami lakukan di Lembah Ramma (Lembah Gn. Bawakaraeng) Malino Kab. Gowa Sulsel.


30 Desember 2002
ini adalah sebuah permulaan dari perjalanan kami, didasari dengan modal nekat dan sedikit pengetahuan tentang pendakian. Informasi yg kami dapatkan saat itu untuk medan pendakian yang terbilang sangat mudah (cocok memang bagi para pemula) adalah lembah ramma. jadilah kami berlima memulai sebuah perjalanan.

segala seuatu kami persiapakan, mulai dengan perhitungan budget sampai dengan perlengkapan apa saja yang harus kami bawa. karena terbilang masih baru alias nihil pengalaman jadilah kami orang-orang yang menyusahkan dirinya sendiri :p. Perlengkapan selayaknya seorang pendaki kami persiapkan, perlengkapan pribadi maupun kelompok tidak terlalu sulit kami dapatkan, beberapa kami dapat hasil pinjaman dari teman *tendanya Kifli. hanya saja beberapa peralatan pendukung dan bahan makanan kami harus membelinya sendiri.

ada satu hal yang masih teringat dikepala ini, kala itu cuaca di makassar sungguh tidak bersahabat. mendekati hari H, makassar di guyur hujan dengan derasnya. Demi sebuah pendakian rintangan itu harus kami lalui. Saya dan beckha harus hujan-hujanan untuk membeli perlengkapan, belum lagi motor vesnya Ipoel yang harus mogok dan perlu didorong, masih dalam guyuran hujan.

Alhamdulillah, semangat kami sungguh di mudahkan. Akhirnya Pendakian pertama pun terlaksana. Berangkat dari kamarnya Safwan yang saat itu masih di sebuah kamar di ramsis blok 1 EFGH. Alunan lagu dewa 19 yang bertajuk Mahameru menjadi pengantar kepergian kami untuk memulai perjalanan :) *inilah alasan lagunya Dewa 19 - Mahameru kami jadikan sound track modipala.

Walaupun makassar masih di selimuti musim hujan namun saat pemberangkatan cuaca begitu bersahabat dengan kami. Dari Ramsis UH, kami berangkat menuju Ujung Tanah (Tujuan akhir pete-pete kampus 07) lalu kami melanjutkan dengan pete-pete Sungguminasa dan berhenti di Perempatan/ poros Malino. Sesampainya di Poros malino, kami harus men-carter sebuah pete-pete menuju Desa Lembanna.

saat memasuki daerah malino, terdapat beberapa polisi yang merazia kendaraan yang masuk ke malino (saat itu baru saja momen penandatangan perdamaian di ambon dilaksanakan). Mobil yang kami tumpangi pun dihentikan, segala barang yang kami bawa di periksa. Da*n, parang tator yang kami bawa terlihat oleh salah satu petugas dan tentu saja disita olehnya. Kamipun bersikeras agar tidak disita karena akan di gunakan saat pendakian nanti. namun pihak berwajib tidak mau tahu soal ini, yang namanya senjata tajam harus tetap di amankan. yah, kami mau bagaimana lagi selain pasrah dan ikhlas, walaupun safwan sempat ngotot untuk mendapatkan parang pinjamannya kembali (parang ini dipinjam dari teman kamarnya di Ramsis)

Malam sekitar pukul 9, Pete-pete kami tiba di Depan jalan masuk Desa Lembanna. Turun di situ kemudian melanjutkan dengan berjalan kaki menuju desa lembana sekitar 3 km. Sesampainya di Desa Lembanna, kami harus mencari rumah peristirahatan untuk memulihkan sedikit stamina yang terbuang. Berhubung kami orang baru, kami tidak ada kenalan dengan warga desa tersebut. Namun menurut info yang kami dapatkan, penduduk desa tersebuat sangat welcome dan ramah terhadap pendatang terutama bagi mereka para pendaki :). Alhasil, dengan modal nekat kami datangi salah satu rumah yang kala itu masih bersuara. denagn berani, kami mencoba mengetuk salah satu rumah. dan benar saja, pemilik rumah membukakan pintu dan mempersilahkan kami masuk.

Dg. Supu, itulah nama pemilik rumah yang kami tempati. ternyata bukan hanya kami sebagai tamu di rumah tersebut, ada juga beberapa orang pendaki yang beristirahat disana. Jadilah kami tinggal di ruang belakang (Dekat dapur) berdesak-desakan bersama para pendaki lain. malam terus berjalan dan dingin yang tidak biasa mulai meyerang, tak hayal kami orang baru sangat merasa kedinginan dengan kondisi di sana. Jaket berlapis, kaos tangan, kaos kaki, kupluk, dan Sleeping Bag kami keluarkan untuk menutupi tubuh akibat dingin yang kian mengancam ^^v.

31 Desember 2002
Keesokan harinya, dingin tak kunjung hilang tapi kami harus bangkit untuk mempersiapkan diri menuju Ramma. sarapan pagi kami siapkan, dengan menu spesial mendaki yaitu indome sarden :).

Perlengkapan kami packing ulang, dan bersiap-siap untuk berangkat. Ternayata bukan hanya kami yang menuju Ramma, banyak para pendaki yang ingin merayakan tahun baru di Puncak bawakaraeng ataupun Lembah Ramma. lagi-lagi, karena kami orang baru dan tidak tahu jalur mulailah kami bertanya-tanya. Kebetulan saat itu kami bertemu dengan anak-anak KPA yang berjumlah 4 orang juga ingin menuju ke Ramma. Yup, kami berangkat bersama mereka. Ada sesuatu yang aneh, mereka 4 orang namun hanya membawa sebuah tas carrier dan sebuah tas daypack, yang lain... hanya membawa air minum saja. dan kami...masing-masing personil modipala dengan bangga membopong sebuah tas carrier di pundak...hebat kan?! :hammer:.

Perjalananpun di mulai. Desa mulai kami tinggalkan melewati jalan setapak dipinggir kebun milik penduduk setempat. Sesampai di Pinus kami berdoa sejenak memohon keselamatan dariNya. Perjalanan mulai mendaki. Beban di punggung semakin menyusahkan saja, padahal perjalan yang kami tempuh belum begitu jauh. dengan semangat yang masih membara kamipun bisa melewatinya, walaupun banyak istirahatnya.

Kifli, Ipoel dan para pendaki dari KPA sepertinya sudah jauh meninggalkan kami (Saya, Zapo, dan BK) yang masih berusaha untuk tetap dapat melangkah. Ditengah perjalan, rupanya cuaca mulai tidak bersahabat, Hujan mulai mengguyur kami. Kedinginan...!! Yup, cara mengatasinya dengan terus bergerak. Ponco dan kantung mayat kami gunakan sebagai pelindung dari terkaman air hujan yang dingin.

Begitu banyak kisah kami lalui selama perjalanan, dan Alhamdulillah kami bisa mencapai Tallung (Puncak sebelum turun menuju lembah Ramma). Istirahat dan Foto2 sejenak, kemudian kami melanjutkan perjalan menuju Lembah. Jalanan turun yang terjal dan licin harus di lewati. Perlahan-lahan dan berhati-hati agar bisa melewatinya...





Sungguh indah ciptaanMu ya Rabb...hanya itu yg bisa terucap tatkala kaki menginjakkan di Lembah ramma. Hamparan rerumputan yang luas membentang begitu indahnya, di kelilingi gunung-gungung yang menunjukkan keangkuhannya.

mencari tempat untuk mendirikan tenda disana tidak begitu sulit saking luasanya hamparan rumput, hanya saja disana juga banyak menyebar kotoran sapi. Yup, rupanya penduduk setempat banyak yang memanfaatkan lembah Ramma untuk mengembalakan ternaknya. Sebuah tenda kami dirikan di dekat tenda anak-anak KPA dan kami membangun sebuah tenda khusus untuk memasak. Karena hari semakin sore, kami bergegas mencari kayu untuk membuat perapian. selain itu makanan pun kami siapkan...

malam semakin mencekam, namun cuaca masih bersahabat. Lembah Ramma semakin ramai didatangi oleh para pendaki. Yup, banyak yang ingin merayakan tahun baru disini. Karena dinginnya, kami betah berdiam mencari kehangatan didalam tenda walaupun sesekali mencari kehangat di dekat api unggun yang kami buat bersama anak-anak KPA.



1 Januari 2003
memasuki awal tahun kami tetap betah didalam tenda, kami hanya mendengar suara2 ribut dari para pendaki lain yang merayakan datangnya tahun baru. "pren, selamat ulang tahun nah?!", hanya kata itu yang sempat keluar dari salah seorang dari kami :), kemudian kami melanjtkan tidur ditengah dinginnya suasana Ramma sembari memulihkan stamina yang sempat terkuras selama perjalanan.

Pagi diawal tahun, sungguh Indah dan kami tidak mau melewatkannya. kami nikmati udara segar nan alami ini. Waktunya sarapan pagi, ipoel sudah bersiap-siap menyediakannya dan yang lain jalan2 mengitari suasan Ramma. mencari tempat yang bagus untuk di abadikan. saat itu belum ada yang namanya kamera digital, yup...hanya bermodalkan kamera analog dengan keterbatasa roll film yang ada kami mencoba mengabadikan suasana di ramma.



Setelah sarapan kami mulai berbenah untuk kembali ke Lembanna. Sekitar pukul 11 pagi, kami mulai meninggalkan ramma, walaupun agak berat meninggalkan suasana yang tidak ada di makassar. jalan yang begitu terjalan harus kami daki untuk mencapai Tallung. Seperti perjalan waktu datang, jalan yang sama kami lewati.

Alhamdulillah, perjalan pulang lebih cepat. Sesampainya di Lembanna, kami berpamitan dengan Dg. Supu dan kembali berjalan keluar menuju pemberhentian pete-pete yang akan menuju makassar.

perjalanan perdana modipala begitu membekas, dan ini menjadi motivasi kami untuk melanjutkan ekspedisi-ekspedisi berikutnya...